travelling

travelling

Rabu, 29 Januari 2020

Gunung Merbabu

Beberapa hari setelah saya ke candi borobudur,saya dan teman-teman menyusun rencana untuk menaklukkan Puncak Gunung Merbabu.Awalnya tentu saja aku ragu bahkan takut karena tidak pernah sekalipun aku melakukan pendakian.Karena ada salah satu temenku yang sudah pernah mendaki aku pun penasaran.Rasa penasaranku untuk menaklukkan gunung pertamaku ternyata lebih besar dari rasa was-wasku. Teristimewa karena pengaruh cerita menarik. Akhirnya waktu dan meeting point pun ditentukan.

Transportasi juga sudah disiapkan. Alhasil,5 laki-laki dan 5 wanita menjadi jumlah total tim pendaki kami yang waktu itu akan menaklukkan Puncak Merbabu.Dan perlu diketahui, tak satu pun di antara kami yang sudah pernah menaklukkan Puncak Merbabu sebelumnya.Rasa penasaranku yang ketika itu belum pernah mendaki gunung sama besarnya dengan rasa penasaran kolegaku yang sudah belasan kali melakukan pendakian.Rasa penasaran yang sama besar di antara kami semua menjadi modal kuat untuk melakukan Perjalanan ke Gunung Merbabu.



Akhirnya,dengan mini bus kami berangkat untuk sampai di tujuan.Pendakian ke Gunung Merbabu pun dimulai. Dari magelang kami berangkat tepat pukul 12:00 WIB.Mini bus pun berangkat.Kurang-lebih 4 jam perjalanan,sekitar pukul 04:00WIB kami tiba di pintu masuk pendakian.Segera kami mempersiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan untuk menaik ke atas gunung.Tetapi saya dan teman-teman saya sarapan terlebih dahulu,toilet,bekal perjalanan,membongkar ulang carrier, hingga informasi seputar lokasi yang harus ditempuh.Akhirnya setelah mempersiapkan semuanya saya pun menyewa mobil dari pintu masuk pendakian menuju basecamp melalui Jalur Wekas.Seharga Rp 150.000.Setelah mendaftar masuk ke basecamp seharga Rp 1.000 per orang berikut fotokopi KTP, kami pun mulai mendaki. Pendakian pertamaku pun dimulai.
Jalanan yang harus ditempuh cukup terjal, tapi di awal, jalannya masih bagus dengan plester semen karena masih berada di sekitar pemukiman warga.Beberapa jam kemudian, kami tiba di Pos 1 Telaga Anum dan berhenti sejenak untuk makan siang.Di Pos 1 kami berhenti untuk sekedar menikmati kopi, sereal energi, mie instan, dan tentu saja berfoto. Sepanjang perjalanan banyak sekali kami jumpai pohon bunga edelweiss.Belum ada bekas petikan bunga indah tersebut yang kami temukan sehingga kami juga tidak berani memetiknya dan tentu ada larangan akan perusakan flora di sekitarnya.Di kiri-kanan sepanjang jalan setapak yang kami tempuh, tanaman anggrek juga kami temukan menempel di pohon-pohon besar. Suasananya sangat tenang dan nyaman.Belum lagi kami beberapa kali menjumpai mata air yang mengalir deras begitu saja.Ada banyak spot yang bisa digunakan untuk berteduh menikmati hutan yang dilindungi itu, tetapi karena kami sadar bahwa kami harus sampai di Pos 2 sebelum hari gelap, maka tak ada waktu untuk meneduh berlama-lama.
Pos 2 Gunung Merbabu
Dengan perbincangan seru dan tawa sepanjang perjalanan membuat beban pendakian tak begitu terasa, akhirnya kami tiba di Pos 2, tempat dimana kami mendirikan tenda untuk menginap semalam sesuai rencana.Puncak Merbabu masih jauh dan tak terlihat karena dihalangi oleh bebukitan yang mengelilingi Pos 2.Untungnya di Pos 2 terdapat mata air yang sudah dipipa, sehingga kami semua mengantri untuk menikmatinya.Sekedar membilas badan, mencuci muka, hingga melepaskan dahaga dengan air pegunungan jernih tersebut.

Pendakian ke Gunung Merbabu pun tampaknya semakin berat.Satu malam di kaki gunung. Dua tenda didirikan.Semua orang sibuk mendirikan tenda, mempersiapkan peralatan makanan, membuat api unggun, berkeliling mencari kayu bakar, hingga memasak.Karena tenda yang bisa didirikan hanya 2 yang masing-masing hanya mampu ditiduri maksimal 5 orang maka dari itu mai mendirikan 2 tenda saja.Ketika itu aku sudah sangat lelah karena tidak ada persiapan latihan fisik sebelumnya,dan juga malam di sana sangat dingin, maka beranjak tidur duluan di dalam tenda adalah pilihan terbaik bagiku kala itu.Sekitar pukul 01:00 WIB dini hari, aku dan 4 orang temanku tidak tidur di karena ingin menikmati suasana.
ketika aku bangun, aku baru menyadari bahwa di sekitar tenda kami sudah ada sekitar 7 tenda dari pendaki lain yang sudah berdiri mengelilingi kami.Ketika itu masih ada orang yang mencari-cari kayu bakar, rombongan pendaki lain yang baru saja tiba di Pos 2, dan rombongan pendaki yang melanjutkan perjalanan ke pos berikutnya, membuat malam turut pada keramaian.Sambil menikmati api unggun dini hari di Pos 2, kaki Gunung Merbabu, kami juga menikmati kopi, lagu lawas.Saat itu malam menjelang pagi benar-benar sangat dingin sehingga dua lapis baju belum cukup untuk terhindar dari parahnya suhu.Masing-masing kami menggunakan tidak kurang dari 4 lapis baju dan kain sebagai pelindung dari ekstrimnya suhu kala itu.Menjelang pagi hari,ketika matahari perlahan muncul dari balik bukit, satu per satu teman pendaki kami dan anggota rombongan pendaki lainnya bangun dan bergabung dengan keramaian kala itu.Indahnya hari membuat kami sangat khusyuk dalam menikmati suasana di sana.Sangat indah,teduh,dan nyaman.

Spot Terindah 



sunset gunung merbabu 1
Pemandangan Sunset Dimulai

Pendakian ke Gunung Merbabu pun berlanjut. Setelah semua anggota pendaki kami bangun, kami pun langsung mempersiapkan barang-barang, merapikan tenda, dan beranjak melanjutkan perjalanan.Kali ini perjalanan untuk mencapai puncak jauh lebih melelahkan dari hari sebelumnya.Jalanan terjal, bebatuan yang begitu besar harus dilalui, kemiringan jalur juga menjadi faktor lain yang sangat menguras tenaga.Banyak sekali spot indah untuk dinikmati di sepanjang perjalanan, dan tentu saja kami tak ingin melewatinya.


Kami meneduh di beberapa spot yang menurut kami sangat nyaman sekaligus bagus untuk menikmati pemandangan.Tadinya kami ingin berhenti sejenak menikmati santapan pengisi tenaga sebelum mencapai puncak, tetapi suasana kala itu sangat tidak kondusif untuk melakukannya.Karena itu, dengan tenaga yang hanya tinggal beberapa lapis saja, kami pun berusaha mencapai puncak sebelum hari gelap.Tepat sebelum mencapai puncak, kami memantapkan diri untuk saling menunggu anggota pendaki kami di sebuah spot antara Puncak Syarief dan Puncak Kentheng Songo.Sambil menunggu,kami memasak mie instan aneka rasa dijadikan satu,bercampur dengan debu ketika kami memakannya karena ketika itu cuacanya kemarau, dan tentu saja kami membuat sereal energi serta kopi.Di sana kami bertemu dengan rombongan asal Jakarta yang terdiri atas 7 orang, 4 lelaki dan 3 wanita Dua di antara wanita tersebut baru saja wisuda sehingga perjalanan ke Merbabu kala itu adalah perayaannya. Kami cukup akrab dengan mereka lewat pertukaran cerita.Dan akhirnya kami pulang lagi untuk jalan-jalan di hari berikutnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar